VIVA.co.id - Kisah
lepasnya Timor Leste atau yang dulu disebut Timor Timur dari Indonesia
pada tahun 1999, hingga kini masih membekas di benak publik. Setelah
memilih untuk berpisah dari Indonesia, Timor Leste secara resmi
menyatakan kemerdekaannya pada 20 Mei 2002 lalu dan menamakan diri
sebagai Republik Demokratik Timor Leste. Xanana Gusmao ketika itu
terpilih sebagai Presiden pertama.
Kendati sempat menorehkan luka yang dalam, karena kehilangan satu
provinsi, Indonesia tidak lantas mengabaikan Timor Leste yang pernah
menjadi provinsi ke-27.
Setelah resmi menjadi negara sendiri, hubungan antara Indonesia
dengan Timor Leste tidak renggang. Bahkan, RI tetap menjadi salah satu
negara pendukung terbesar bagi Timor Leste baik dalam pembangunan
ekonomi maupun SDM.
Hal itu diakui oleh Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Timor Leste,
Jose Luis Guterres. Pria yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil
Perdana Menteri itu justru mengakui hubungan bilateral kedua negara kian
meningkat.
"Kami kebanyakan melakukan hubungan dagang masih dengan Indonesia.
Kami mengimpor sekitar 80 persen produk dari Indonesia," ungkap Guterres
yang ditemui secara khusus oleh VIVA.co.id di Hotel Borobudur pada Senin, 12 Januari 2015.
Bahkan, RI diketahui menjadi salah satu pendukung supaya Timor
Leste menjadi anggota ke-11 ASEAN. Sementara, warga Timor Leste, disebut
Guterres menganggap Soekarno sebagai pahlawan, karena ikut menyulut
semangat agar terbebas dari penjajahan Portugis.
Terkait lepasnya Timor Leste dari Indonesia, politisi lulusan
Universitas Cambridge itu menjawabnya dengan bijak. Dia mengatakan
hubungan antara Indonesia dengan Timor Leste ibarat ayah dengan
putranya.
"Ketika putranya di usia tertentu memutuskan untuk menikah, maka
dia akan keluar dari rumah dan membentuk keluarga sendiri," kata pria
yang kini menikah dengan seorang Diplomat Indonesia asal kota Solo, Jawa
Tengah, itu.
Soal keeratan hubungan ini sempat disinggung oleh Presiden SBY di
Forum Bali Demokrasi tahun 2014. SBY merasa bangga karena Indonesia
tetap bisa menjalin hubungan baik dengan Timor Leste. Maka, tak heran
jika mantan Duta Besar Timor Leste untuk PBB itu, mengharapkan hubungan
yang lebih erat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Berikut wawancara lengkap VIVA.co.id dengan Menlu Guterres usai menghadiri pertemuan trilateral antara Indonesia, Timor Leste dengan bagian utara Australia:
Pada hari Senin, ada pertemuan trilateral antara Timor
Leste, bagian utara dari Australia, dan Indonesia. Apa yang sebenarnya
didiskusikan oleh ketiga pihak tersebut?
Dari kantor Perdana Menteri akan adanya kerjasama antara bagian
timur Indonesia, utara Australia, dan Timor Leste. Delegasi ini dibentuk
dan berkunjung untuk menjajaki lebih jauh dan mendengarkan ide serta
pemaparan dari pejabat tinggi yang ada di Indonesia mengenai bagaimana
memproses kerjasama ekonomi di bidang yang khusus ini.
Kerjasama trilateral ini telah dimulai sejak bertahun-tahun yang
lalu. Kami telah memiliki kerjasama tingkat Menteri sejak era
kepemimpinan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, lalu berlanjut hingga
ke Menlu Marty Natalegawa dan pertemuan terakhir ketiga Menlu
berlangsung di Mynamar, di sela pertemuan tingkat Menteri di ASEAN.
Saat ini yang menjadi ketua dalam forum ini adalah Australia.
Terakhir kali saya bertemu dengan Menlu Julie Bishop, ketika berada di
New York, Amerika Serikat. Saat itu, dia mengatakan akan menggelar
pertemuan trilateral di Perth, Australia.
Kapan pertemuan trilateral itu akan dilakukan di Perth?
Mungkin di bulan Januari atau beberapa bulan ke depan. Ini
merupakan proses politis. Namun, selama pertemuan tingkat tinggi antara
mantan Presiden SBY, mantan PM Julia Gillard dan PM Xanana Gusmao,
mereka sepakat untuk memulai kerjasama di bidang ekonomi di antara
bagian timur Indonesia, utara Australia dan Timor Leste. Sehingga, itu
alasan mengapa PM kami membentuk unit di kantor ini untuk mengumpulkan
semua ide yang dan mewujudkan ide dari ketiga pemimpin negara.
Kunjungan ini merupakan kunjungan lanjutan untuk mendengarkan
pendapat dari pejabat di Indonesia dan mengetahui di bidang mana
kerjasama bisa dimaksimalkan.
Di sektor mana kira-kira kerjasama ketiga negara bisa ditingkatkan?
Pertama, sudah ada kerjasama bilateral di antara ketiga negara.
Sebelumnya sudah ada kerjasama bilateral antara Indonesia dengan
Australia yang berlangsung selama bertahun-tahun lamanya. Timor Leste
sendiri telah memiliki hubungan bilateral yang luar biasa dengan
Indonesia. Tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi juga budaya dan sumber
daya manusia.
Ada sekitar 8 ribu hingga 10 ribu mahasiswa Timor Leste yang kini
tengah menuntut ilmu di universitas di Indonesia. Ini menunjukkan betapa
pentingnya kerjasama antara Indonesia dengan Timor Leste. Di waktu yang
bersamaan di era kepemimpinan Presiden SBY dan Presiden Timor Leste,
Pemerintah RI memutuskan untuk membiayai studi mereka di Indonesia dan
memfasilitasi visa bagi para pelajar tersebut. Sikap ini disambut baik
oleh warga Timor Leste dan jumlah pelajarnya juga kian meningkat.
Di waktu yang bersamaan, Indonesia merupakan negara pendukung utama
supaya Timor Leste bisa menjadi bagian dari organisasi ASEAN. Seperti,
misalnya di bidang perdagangan. Kami kebanyakan melakukan hubungan
dagang masih dengan Indonesia. Kami mengimpor sekitar 80 persen produk
dari Indonesia. Juga ada para pengusaha asal Indonesia yang berinvestasi
di Timor Leste dan membiayai proyek di negara kami. Salah satunya,
pembangunan bandara internasional di pantai selatan dan dilakukan oleh
PT Wijaya Karya. Proyek senilai US$60 juta atau Rp756 miliar.
Kerjasama di antara ketiga negara sangat hebat di semua tingkatan.
Hubungan antara Presiden SBY, PM Xanana Gusmao dan PM Julia Gillard
memutuskan bahwa kerjasama di antara ketiganya bisa ditingkatkan lagi.
Apakah kerjasama di bidang maritim turut dibahas dalam diskusi trilateral?
Pertama, kami mendukung kebijakan Presiden Jokowi di bidang
maritim, salah satunya dengan membentuk Kementerian khusus yang
menangani isu tersebut. Seperti Indonesia, Timor Leste juga merupakan
tempat untuk bagi nelayan asing melakukan penangkapan ikan ilegal.
Berdasarkan penghitungan kami, akibat tindakan pencurian ikan
tersebut, kami merugi ratusan juta dollar setiap tahunnya. Pemerintah
kami telah melakukan berbagai upaya dalam hal peningkatan kemampuan.
Namun, lebih baik lagi jika kami memiliki kerjasama dengan negara
tetangga. Kami juga mengikuti dengan seksama kebijakan tegas yang
diambil oleh Pemerintah Indonesia terkait penangkapan ikan ilegal.
Kebijakan itu juga memiliki dampak positif bagi Timor Leste, karena
jika nelayan asing berniat untuk menangkap ikan di teritori kami, maka
mereka biasanya harus melewati wilayah perairan Indonesia. Kami juga
menyadari bahwa Timor Leste merupakan anggota PBB, sehingga harus
memastikan batas laut di teritori kami aman dan tidak menjadi tempat
penangkapan ikan ilegal.
Timor Leste dulu pernah menjadi bagian dari Indonesia dan
sekarang telah berpisah menjadi negara sendiri. Kendati begitu, kini
kedua negara bisa bersahabat. Bagaimana perasaan warga Timor Leste saat
ini terhadap Indonesia?
Memang ada perbedaan pemahaman terhadap sejarah di masa lalu.
Namun, saya dapat mengatakan kepada Anda bahwa hubungan warga Timor
Leste dengan rakyat Indonesia sudah seperti keluarga, seperti hubungan
antara ayah dengan putranya. Ketika putranya di usia tertentu memutuskan
untuk menikah, maka dia akan keluar dari rumah dan membentuk keluarga
sendiri.
Kami memahami sejarah di era penjajahan, ketika negara-negara Eropa
menjajah negara di kawasan Asia Tenggara. Saat itu Indonesia dijajah
Belanda selama 350 tahun, sementara, Portugis menjajah Timor Leste
selama 400 tahun. Ketika Indonesia merdeka, pendiri bangsa ini secara
jelas menyatakan bahwa Indonesia hanya negara yang sebelumnya dijajah
Belanda. Sementara, Timor Leste bukan bagian dari proses tersebut.
Kendati begitu, kami tetap mengakui, bahwa sebelum era penjajahan,
rakyat di wilayah kami telah menjalin hubungan tidak hanya di bidang
budaya, perdagangan, tetapi beberapa kerajaan besar dari Nusantara ikut
berinvestasi di Timor Leste. Mulai dari Majapahit hingga Sriwijaya.
Dari pemaparan itu, bisa terlihat, rakyat Timor Leste dan Indonesia
memiliki warisan budaya yang sama. Dan kini tergantung kepada generasi
muda saat ini, untuk melakukan yang terbaik dan mempertahankan warisan
itu.
Sehingga, saya tidak melihat Indonesia dan Timor Leste terpisah
karena kejadian tahun 1999 lalu. Saya melihatnya, Timor Leste dengan
Indonesia memiliki perbedaan sejarah di masa lalu. Kini, saya melihat
ada tugas bagi generasi saat ini untuk menunjukkan kesamaan warisan yang
dimiliki kedua negara. Sebab, budaya memiliki makna yang penting saat
ini. Tidak hanya bidang ekonomi saja yang dianggap penting, sehingga
dalam pembangunan hubungan antar negara, kita harus melihat dari sisi
budayanya juga.
Oleh sebab itu, saya harus mengatakan kepada Anda, hubungan antara
Timor Leste dengan Indonesia meliputi semua bidang: budaya, pendidikan,
hingga ekonomi.
Bagaimana Anda melihat hubungan kedua negara di bawah
kepemimpinan Presiden Joko Widodo? Apakah Anda merasa optimistis
hubungan keduanya akan lebih erat dibandingkan kepemimpinan sebelumnya?
Memang di era kepemimpinan mantan Presiden SBY yang berjalan selama
10 tahun, persahabatan dan persaudaraan sangat terasa. Namun, kami
yakin Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, Menlu Retno LP
Marsudi, Menteri lainnya dan parlemen, akan melakukan yang terbaik untuk
meningkatkan persahabatan di antara kedua negara. Saya sangat bahagia
warga Timor Leste menghormati jika Presiden Jokowi memiliki kesempatan
untuk mengunjungi kami.
Berarti, Pemerintah Timor Leste telah mengundang Presiden Jokowi untuk datang ke negara Anda?
Ya, kami telah mengundang Beliau. Namun, sebelumnya Ibunda Presiden Jokowi telah mengunjungi Timor Leste.
Kapan Ibu Jokowi berkunjung ke Timor Leste?
Pada tanggal 11 November 2014 lalu. Saya juga membuat suatu acara
untuk menyambut Beliau dan menggelar beberapa pertemuan. Kami juga
menerima beberapa Menteri. Warga Timor Leste menyambut baik kunjungan
Beliau tahun lalu.
Suka atau tidak suka, pada faktanya Indonesia dan Timor Leste
memiliki kesamaan warisan yang diberikan oleh nenek moyang kita. Kami
berharap generasi muda saat ini bisa melanjutkan persahabatan dan
persaudaraan kedua negara, karena hubungan itu juga penting bagi
dinamika politik saat ini.
Jokowi merupakan satu-satunya Presiden yang datang dari
rakyat biasa dan tidak didukung oleh rezim militer atau golongan
bangsawan. Anda optimistis terhadap gaya kepemimpinannya saat ini?
Pemerintah Timor Leste menghormati siapa pun yang menjadi Presiden
Indonesia. Jadi, siapa pun yang akan menjadi Presiden, jika dia datang
dari latar belakang militer pun, kami tetap menyambut baik dan berupaya
yang terbaik untuk menjalin hubungan dengan siapa pun sosok yang
terpilih.
Selain itu, pada tahun 2014, mantan veteran perang di era tahun
1999 lalu yang dipimpin Pak Agum Gumelar datang ke Timor Leste. Jadi,
semua jenderal yang pernah ditugaskan ke Timor Leste, mereka ikut
kembali dan mereka akan tetap menganggap Timor Leste sebagai
saudaranya.
Yang lebih hebat lagi dari hubungan antara Indonesia dengan Timor
Leste yaitu, kami memiliki keberanian untuk melihat ke belakang dan
membuat keputusan di masa depan. Hal itu terlihat jelas di bawah
kepemimpinan Presiden SBY selama 10 tahun, kedua negara membangun
persahabatan sejati dan telah bekerja secara intensif dengan parlemen.
Selain itu kami juga harus menatap masa depan dan berani untuk
menoleh ke belakang serta mengambil hikmah, agar tindak pelanggaran HAM
tidak kembali terulang. Hal semacam ini hanya terjadi dalam hubungan
antara Indonesia dengan Timor Leste, karena adanya visi, keberanian dan
peranan penting dari mantan Presiden SBY dan PM Xanana Gusmao.
Saat ini, tidak banyak negara yang mampu melakukan hal serupa. Oleh
sebab itu, Presiden SBY mengatakan hubungan kedua negara bisa dijadikan
sebagai contoh.
(PM Xanana Gusmao tengah berbincang dengan mantan Presiden SBY di Forum Bali Demokrasi tahun 2013. Foto: ANTARA)
Contoh lainnya, ketika mantan Presiden Megawati menduduki jabatan
di tahun 2002 lalu, warga Timor Leste begitu antusias dan bahagia karena
ingin melihat sosok Beliau di hari deklarasi kemerdekaan kami 20 Mei
2002. Mungkin banyak orang yang tidak mengetahuinya, tetapi kami
menganggap mantan Presiden Soekarno sebagai pahlawan dan sangat kami
hormati. Sementara, Bu Mega mewarisi tradisi politik dan aura mantan
Presiden Soekarno.
Mengapa mantan Presiden Soekarno dianggap sebagai pahlawan di Timor Leste?
Kami menganggap Beliau sebagai pahlawan karena ketika Indonesia
memulai pergerakan kemerdekaan, kami masih dijajah oleh Portugis dan
kemerdekaan yang kami peroleh, setelah melalui perjuangan panjang dengan
Portugis.
Indonesia saat ini dijadikan contoh perjuangan bagi negara lain,
termasuk Timor Leste. Saya rasa mantan Presiden Soekarno juga dikenal di
negara lain yang tengah dijajah, tidak hanya di Timor Leste. Sehingga,
penting bagi kami untuk memperkuat hubungan di antara kedua negara dan
antar warga.
Apakah Jokowi sangat populer di Timor Leste?
Ya, dia sangat populer di negara kami.
Bagaimana Pemerintah Timor Leste meyakinkan negara anggota ASEAN bahwa negara Anda bisa bergabung dengan organisasi ASEAN?
Presiden kami mengirimkan surat kepada mantan Presiden SBY untuk
mengajukan diri sebagai anggota ke-11 ASEAN. Hingga saat ini, kami belum
menerima adanya penolakan dari negara anggota ASEAN lainnya. Apa yang
kami dengar yaitu adanya opini, bahwa kami harus mempersiapkan diri
lebih baik lagi. Meluangkan waktu untuk menyiapkan diri kami.
Dalam pertemuan para Menlu seASEAN yang digelar tahun 2014, mereka
sepakat untuk mengirim tim teknis untuk mengevaluasi perkembangan
terbaru di Timor Leste dan kesiapan untuk menjadi anggota ASEAN. Jadi,
kami tinggal menunggu kunjungan tim ini ke Timor Leste. Sementara, kami
di tingkat pemerintahan menindaklanjuti permohonan keanggotaan ini
secara serius.
PM membentuk sekretaris khusus untuk mengurus isu mengenai ASEAN.
Jadi di bawah Menlu, kami memiliki anggota perdaangan, sekretaris negara
untuk mengurus kesiapan Timor Leste menjadi negara anggota ASEAN.
Seperti yang Anda ketahui, di akhir tahun 2015, negara
anggota ASEAN akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jika Timor
Leste akhirnya diterima menjadi anggota di tahun ini atau tahun 2016,
apakah Timor Leste siap untuk menghadapi MEA?
Kami menyadari bahwa pengambilan keputusan di ASEAN dilakukan
dengan kesepakatan, itu semua tergantung kepada Menteri-Menteri di
ASEAN. Saya memahami, bahwa beberapa Menteri di negara anggota
memberikan waktu kepada Timor Leste untuk menyiapkan diri dalam hal
peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), hubungan luar negeri.
Namun, secara politis kami siap kapan pun untuk diterima menjadi
anggota.
Tapi, kami menerima keputusan yang diberikan oleh beberapa Menteri
di ASEAN yang memberikan kami waktu untuk menyiapkan diri. Namun, kami
meyakini Timor Leste merupakan bagian dari kawasan ini dan ini menjadi
takdir negara ini untuk menjadi bagian dari ASEAN. Kami berharap dalam
waktu dekat, anggota ASEAN yang semula berjumlah 10, akan bertambah
menjadi 11.
Terkait dengan trend penurunan harga minyak dunia, apakah Timor Leste ikut merasakan dampaknya?
Pertama, Timor Leste mandiri secara ekonomi. Anggaran kami 100
persen dibiayai dari sumber daya yang kami miliki. Kami tidak memiliki
utang. Dan kami juga memiliki ladang minyak yang menjadi sumber
investasi. AS telah berinvestasi di sana selama beberapa tahun.
Memang sumber pemasukan keuangan kami berasal dari sektor migas.
Kami memiliki dana lebih untuk membiayai anggaran setiap tahunnya.
Tentu, turunnya harga minyak dunia ikut berdampak terhadap Timor Leste,
namun pada dasarnya kami mengekspor gas alam. Tetapi, tentu harga gas
juga ikut mengalami penurunan.
Tentu, juga mempengaruhi sumber keuangan minyak kami. Namun, kami
juga memiliki cadangan sehingga Timor Leste masih bisa menghadapi isu
penurunan harga minyak dunia ini. Tapi, kami masih terus mengikuti
perkembangan isu ini ke depannya.
Apakah Pemerintah Timor Leste juga memberikan subsidi BBM bagi rakyatnya?
Kami mengimpor minyak dari Indonesia. Kami tidak memberikan subsidi kepada komoditas minyak atau produk strategis lainnya.
Tetapi kami pernah memberi subsidi untuk produk beras. Namun,
kejadian tersebut berlangsung beberapa tahun lalu, ketika harga beras
melonjak begitu tinggi kemudian pemerintah memutuskan untuk memberikan
subsidi sementara. Saat harga beras di pasaran kembali normal, subsidi
tersebut kami cabut.
Bagaimana penyelesaian masalah perbatasan antara Timor Leste dengan Indonesia baik di darat dan laut?
Untuk batas darat, kesepakatannya sudah tercapai sekitar 98 persen.
Tinggal 2 persen saja yang belum disepakati. Tim teknis kami tengah
menanganinya. Kami yakin di masa depan akan ada perjanjian terkait
perbatasan di wilayah darat antara dua negara.
Apakah kesepakatan itu akan ditandatangani di tahun ini?
Tim teknis kami tengah bekerja tanpa lelah. Tetapi, saya tidak bisa
memberi Anda batas waktu. Namun, yang pasti kami terus
mengusahakannya.
Terkait isu terorisme, pada Rabu, 7 Januari 2015, terjadi
tindakan teror di Paris. Bagaimana Pemerintah Timor Leste mencegah
peristiwa itu dan warganya untuk menjadi pejuang ektrimis?
Pertama, saya harus memuji Presiden Indonesia dan pejabat di bidang
pertahanan, politisi dan pemimpin agama, karena mereka mengambil
kebijakan yang saat ini dihormati oleh berbagai agama. Di negara ini,
semua orang diwajibkan untuk menghormati kepercayaan dan agama orang
lain. Sehingga, ini menjadi penting, khususnya ketika Indonesia menjadi
negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Sehingga bisa dijadikan
contoh bagaimana hidup bertoleransi dan kami menghormati kebijakan
Pemerintah RI itu.
Sementara di Timor Leste, walaupun lebih dari 80 persen penduduknya
beragama Katolik, tetapi menghormati agama lain, sebagai contoh
Pemerintah Timor Leste turut membiayai aktivitas kegiatan kaum Muslim di
negara kami, termasuk juga agama Kristen dan Katolik. Kami menghormati
setiap pemeluk agama dan memberikan kebebasan bagi mereka mempraktikkan
itu.
Terkait isu terorisme, PM kami telah mengutuk serangan yang terjadi
di Paris, tetapi juga menyerukan kepada semua pihak, tidak hanya
jurnalis, untuk menghormati semua perasaan, sistem keyakinan, dan agama.
Kami bersimpati terhadap keluarga yang kehilangan orang yang
dikasihinya dan jurnalis.
Tetapi di saat yang bersamaan, kita harus menemukan cara untuk bisa menghormati orang lain di era demokrasi.
Jadi, menurut Anda tidak seharusnya publik mengolok-olok sosok yang disucikan di dalam agama tertentu?
Sebagai contoh, dalam pemikiran sebagian besar warga Eropa, kartun
semacam itu dianggap sebagai sesuatu yang normal. Tetapi, tidak dianggap
begitu di negara lain seperti di kawasan Timur Tengah. Yang terpenting,
kita semua harus saling menghormati agama lain.
Pemerintah juga harus mengambil sikap tegas untuk menghentikan
terorisme. Walaupun alasan para teroris itu melakukan pembunuhan karena
kartun tersebut, tetapi saja tidak bisa dibenarkan, karena kita tidak
berhak menghakimi orang lain dan mengambil nyawa orang lain. Prinsipnya,
semua orang tetap harus menghormati agama apa pun. Tetapi, tidak
dibenarkan melakukan perbuatan kekerasan dengan mengutip ayat di
Al-Quran atau Injil.
Saya bahagia melihat para pemimpin agama di Indonesia bersikap
bijak. Selain itu, Paus Fransiskus juga bersikap bijak untuk mencoba
mendorong para pemimpin religi untuk berbicara atas nama agama, tetapi
ideologi ekstrimis tidak hanya ada di satu agama saja. Mereka bisa
berasal dari agama apa pun, mau itu Muslim, Katolik, Kristen atau agama
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar