Minggu, 15 Maret 2015

5 Tradisi Perayaan Natal Khas Indonesia

 5 Tradisi Perayaan Natal Khas Indonesia
Oleh: Valerie Krul
Di Belanda, dan di negara-negara Barat lainnya, perayaan Natal identik dengan Misa Natal di gereja, acara-acara makan, hadiah-hadiah Natal, Santa Klaus, pohon Natal, film-film Natal, atau liburan yang panjang. Selain itu, banyak mall, restoran, supermarket, gedung, rumah, dan jalanan dihiasi dengan ornamen-ornamen Natal yang meriah. Meskipun hal-hal tersebut juga dapat ditemukan di Indonesia, tapi banyak juga cara berbeda yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Kali ini, Belindomag memperkenalkan lima tradisi perayaan Natal yang khas dari Indonesia. Siapa tahu Anda bisa mengikuti salah satu perayaan tersebut saat berlibur di Indonesia. Dijamin, perayaan Natal Anda pasti akan lebih spesial!
1. Marbinda (Sumatra Utara)
Aspek kuliner termasuk penting dalam tradisi Natal di seluruh dunia. Begitu pun bagi masyarakat Batak di Sumatra Utara, di mana ada tradisi kuliner yang disebut Marbinda. Dalam menyambut Natal, mereka akan menyembelih seekor hewan yang kemudian akan dibagi-bagikan kepada masyarakat. Penyembelihan hewan itu disebut Marhobas. Jenis hewan bisa berupa kerbau, lembu atau babi. Tradisi Marbinda ini juga dipercaya menggambarkan kebersamaan dan gotong royong antarkelompok dan antaragama. Ini pasti membawa kita ke dalam semangat Natal, kan?
2. Rabo-rabo (Jakarta)
Meskipun dikenal sebagai kota metropolis modern, Jakarta tetap mempertahankan tradisi-tradisi unik yang kerap dijalankan masyarakatnya. Contohnya adalah Rabo-rabo, sebuah tradisi perayaan Natal yang dilakukan oleh warga keturunan Portugis di Kampung Tugu, Jakarta Utara. Setelah melakukan Misa di gereja, warga akan ziarah ke pemakaman yang terletak di samping gereja. Setelah itu, mereka memainkan musik keroncong, bernyanyi lagu-lagu Natal, dan juga menari bersama. Mereka akan berkeliling mengunjungi teman-teman dan anggota keluarga. Setiap orang yang dikunjungi oleh rombongan tersebut wajib mengikuti hingga akhirnya rombongan menjadi besar.
3. Kunci Taon (Sulawesi Utara)
Di daerah lain, tepatnya di Manado, Sulawesi Utara, ada tradisi untuk berkeliling kota selama perayaan Natal. Hal ini dilakukan para pejabat Pemerintah Daerah (Pemda) yang akan mengikuti ibadah di kecamatan yang berbeda-beda. Warga Manado merayakan Natal sejak 1 Desember hingga awal bulan Januari. Hal ini termasuk kegiatan ibadah pra-Natal yang dilakukan setiap hari hingga hari Natal, melakukan ziarah ke pamakaman keluarga dan kerabat, yang kemudian diakhiri dengan perayaan Kunci Taon. Ini merupakan sebuah pawai yang diadakan oleh warga Manado yang dimeriahkan dengan memakai pakaian kostum menarik dan lucu.
4. Lovely December (Sulawesi Selatan)
Sama halnya dengan masyarakat Manado, perayaan Natal bagi masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan juga dilakukan dari awal bulan Desember. Sebuah festival dengan nama “Lovely December” diselenggarakan oleh Pemda setempat yang juga terbuka buat para wisatawan. Selama masa “Lovely December”, orang-orang bisa menikmati beragam kuliner setempat yang lezat, upacara tradisional, karnaval, dan pertunjukan kerajinan dan kesenian tradisional maupun modern. Puncak acara dilakukan pada 26 Desember dengan Lettoan, sebuah tradisi mengarak babi yang mewakili simbol-simbol kebersamaan masyarakat Toraja.
5. Pagelaran Wayang Wahyu (Jawa Tengah)
Bagi masyarakat Jawa, Misa Natal dilakukan dengan cukup unik dan sangat kental dengan budaya Jawa. Pendeta atau pastor serta para jemaat memakai pakaian adat Jawa, seperti beskap, blangkon, atau kebaya. Selain itu, mereka juga menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit yang disebut juga Wayang Wahyu. Yang membedakannya dari pertunjukan wayang kulit biasa adalah cerita-cerita yang berasal dari Kitab Injil bukan dari epos Ramayana ataupun Mahabharata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar