Minggu, 15 Maret 2015

Sejuta Harapan Para Pahlawan

Posted On 07 Dec 2012
Tag:
bendera-merah putih
Setiap tanggal 10 November kita selalu memperingati Hari Pahlawan. Yang kita peringati bukan sekadar peristiwa pertempuran heroik para pejuang yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk Indonesia. Yang kita peringati bukan setiap tetesan darah yang mengalir jatuh ke bumi ketika mereka mengangkat senjata tanpa kenal menyerah mengusir penjajah. Yang kita peringati melainkan semangat para pahlawan ini yang percaya bahwa bangsa kita harus merdeka dari penindasan bangsa mana pun. Yang kita peringati adalah harapan dari setiap pejuang ini untuk melihat suatu hari nanti bangsa Indonesia akan berada sejajar dengan bangsa mana pun baik dari sisi ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.
Para pejuang ini mengorbankan nyawanya tidak untuk sekadar mengibarkan merah-putih di setiap sudut bumi Indonesia. Para pejuang ini mengorbankan nyawanya tidak sekadar untuk menyelamatkan satu atau dua generasi di Indonesia. Para pejuang ini rela melepaskan nyawanya untuk sesuatu yang lebih besar, yakni kesejahteraan dan kemakmuran Indonesia.
Kita yang sekarang ada di Indonesia diwarisi oleh keyakinan itu, betapa bergidiknya kita ketika menyadari bahwa hidup kita di bumi Indonesia saat ini mewarisi ribuan bahkan jutaan harapan para pejuang yang rela mengorbankan harta dan nyawanya supaya kita sampai ke titik perjalanan bangsa saat ini.
Menyadari hal tersebut, pertama-tama kita patut bersyukur bahwa tak ada satu pun lagi penjajah yang mengangkat senjatanya di bumi Indonesia. Tak ada lagi dentuman mitraliur ataupun desingan peluru yang lewat di atas kepala kita atau bahkan menembus kulit tubuh kita. Kita patut bersyukur bahwa kita bisa bangun pagi dengan tenang dan melaksanakan aktivitas kita sehari penuh. Perasaan syukur ini adalah modal kuat kita untuk berani mengambil keputusan-keputusan besar buat bangsa kita.
Namun, kita tidak boleh sekadar bersyukur. Setiap tetes darah pahlawan yang meregang nyawanya untuk merebut kemerdekaan harus dibalas dengan kerja keras seluruh elemen bangsa. Membangun bangsa ini bukan sekadar tugas pemerintah, bukan sekadar tugas media, bukan sekadar tugas ilmuwan, bukan sekadar tugas para pelajar, melainkan benar-benar tugas seluruh elemen bangsa Indonesia.
Indonesia terlampau besar untuk tidak bisa maju dan berdiri sejajar dengan negara-negara maju di dunia. Jepang adalah negara yang hancur lebur pasca Perang Dunia Kedua. Infrastruktur mereka hancur berkeping-keping dan ekonomi mereka berada di titik terendah, tapi semangat mereka untuk membangun bangsanya dan janji mereka untuk mensejajarkan bangsanya tak tergoyahkan. Jerman pun mampu membangun kembali tiap keping aspek bangsanya. Mereka membangun tiap gedung yang hancur, mereka membangun tiap rel kereta yang putus, mereka membangun kembali tiap sekolah yang rusak. Dan saat ini, Jerman adalah salah satu negara kuat di Eropa yang menjamin kesehatan dan pendidikan untuk setiap warga negaranya. Negara-negara ini membangun bangsanya dari nol bahkan minus karena mereka harus berhutang dan meminta dana bantuan dari negara lain. Tapi, seluruh rakyat dan bangsa mereka percaya bahwa kelak suatu saat nanti bangsa mereka akan dan harus bangkit. Kuncinya berada pada kemampuan dan semangat para rakyatnya, yang akan serta-merta membangkitkan kepercayaan diri suatu bangsa. Mereka tahu jelas bahwa pahlawan yang gugur tak boleh dibalas dengan berleha-leha tapi dengan kerja keras sepenuh hati.
Indonesia punya lebih dari sekadar modal yang cukup untuk maju. Betapa sumber daya alam yang kita miliki di Indonesia begitu lengkap, mulai dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan pertambangan. Kita tak perlu berjibaku dengan cuaca 4 musim yang membuat aktivitas menurun di musim dingin karena harus menahan temperatur yang rendah menusuk tulang. Kita tak perlu berhadapan dengan badai yang dapat merobohkan rumah dan menghempaskan kapal laut. Kita memiliki dua musim yang sangat mendukung pertumbuhan hasil pertanian dan perkebunan kita.
Sumber daya manusia kita pun tak kalah hebatnya. Betapa banyak para profesional dan juga ilmuwan kita yang kemampuannya diakui oleh dunia. Mereka boleh jadi tersebar di banyak negara tapi hati dan jiwa mereka adalah Indonesia. Selama darah mereka masih merah dan tulang mereka masih putih, mereka tetap dan akan selalu menjadi orang Indonesia.
Kita tidak boleh punya alasan lagi untuk mengasihani diri kita sendiri, kita tidak boleh lagi punya alasan untuk tidak percaya akan kemampuan bangsa kita. Bahwa benar bangsa kita masih menghadapi korupsi, bahwa benar tingkat kriminalitas dan ancaman terorisme masih menghadang, bahwa benar tingkat pengangguran kita masih tinggi, bahwa benar tenaga kerja kita di luar negeri masih dipandang sebelah mata. Tapi, seluruh bangsa di dunia ini tak ada yang tak punya masalah. Setiap harinya, semua bangsa di dunia ini berhadapan dengan masalahnya masing-masing. Eropa berhadapan dengan krisis ekonomi, Amerika berhadapan dengan Badai Sandy (beberapa saat lalu), dan Cina berhadapan dengan tudingan permasalahan HAM dan kebebasan berekspresi. Jadi, Indonesia bukanlah satu-satunya negara di dunia yang bertarung menyelesaikan masalahnya.
Kita tidak boleh lagi berfokus pada masalah, kita harus berfokus pada solusi, pada program kerja, pada harapan untuk percaya bahwa kita bisa menyelesaikan masalah di Indonesia sebagai sebuah bangsa. Ingatlah bahwa kita bisa menikmati udara kebebasan sekarang karena mewarisi jutaan harapan dari para pahlawan Indonesia yang gugur. Ingatlah bahwa kita tidak sekadar mewarisi kebebasan dari para pahlawan, tapi juga mewarisi tanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan itu. Kita harus percaya bahwa bangsa Indonesia akan bangkit.
Ditulis oleh: Achmad Adhitya
Penulis adalah kandidat doktor di Universitas Leiden, Belanda
dan Penerima Indonesian Diaspora Awards 2012 : Youth Activism

Tidak ada komentar:

Posting Komentar